Apa yang terbayang dalam benakmu saat mendengar kata ‘Pemimpin’?
Seorang orator yang memakai peci atau ikat kepala di depan khalayaknya?
Sesosok tua bijaksana yang sedang menasihati para muda?
Atau seorang berdasi di lapangan yang suka menunjuk-nunjuk bawahannya?
Sosok pemimpin terkadang dipersepsikan sebagai sosok pembicara, atau militer, atau seseorang yang memiliki kekuatan dan wewenang untuk memerintah. Padahal, setiap individu adalah pemimpin, setidaknya untuk dirinya sendiri. Pemimpin mungkin adalah jabatan, pekerjaan, tetapi setiap orang sesungguhnya dilahirkan agar suatu saat bisa memimpin.
Menjalani peran sebagai manusia, entah sebagai murid, guru, anak, ibu, istri, kakak, berarti harus bisa mengatur kehidupan yang kita jalani. Mengatur waktu, mengatur makan, waktu tidur, menentukan orang yang menjadi teman, menentukan cita-cita dan pilihan karir, mengelola keuangan, mengatur emosi, semuanya adalah tugas kita sebagai pemimpin diri pribadi. Di suatu masa dalam kehidupan, kita pun akan mengatur kehidupan orang lain. Saat menjadi orangtua, kita akan mengatur dan mengelola kehidupan anak-anak kita. Menjadi suami, kita bertanggung jawab atas kebutuhan keluarga, Menjadi guru, kita harus dapat mengarahkan dan membina siswa. Lalu, tantangan berat lainnya muncul ketika kita harus berperan sebagai pemimpin dalam jabatan yang kita pegang. Ketika seorang guru terpilih menjadi kepala sekolah, ada amanah untuk mengelola sebuah sistem yang besar. Ketika seorang aparat pemerintah terpilih menjadi kepala dinas, ada tanggung jawab besar untuk dapat memimpin ratusan bahkan ribuan orang, dan seorang siswa di kelas yang terpilih menjadi ketua di kelasnya mau tidak mau harus belajar mengarahkan dan menjaga ketertiban kelas.
Sungguh, peran pemimpin adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari dalam kehidupan ini. Suka atau tidak suka, kita pasti akan menjadi pemimpin. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya: minimal untuk diri atau keluarga kita sendiri. Menghadapi kenyataan ini, apa yang harus kita persiapkan agar ketika masa itu datang kita dapat dinyatakan siap menjalani peran kita?
Pernahkah terpikir dalam dirimu bahwa sekolah sebenarnya merupakan salah satu tempat yang dapat memberikan kesempatan kepadamu untuk berlatih menjadi pemimpin? Pertama, sekolah menempatkan dirimu pada lingkungan dimana kamu bisa bergaul dengan orang-orang yang kamu temui di sekolah. Dengan adanya pergaulan tersebut, maka selain belajar berteman, kamu pun sebenarnya sedang belajar untuk menjadi pemimpin dan dipimpin. Kedua, sekolah mengajarkan dirimu untuk taat dan patuh pada peraturan yang berlaku. Hal ini sebenarnya juga merupakan hal mendasar yang perlu dipahami oleh kita sebelum kita menjadi pemimpin yang sesungguhnya: bagaimana kita bisa memahami bahwa di setiap tempat dimanapun kita berada, akan ada sebuah sistem dan mekanisme yang mengharuskan kita taat dan patuh pada peraturan yang berlaku. Ketiga, sekolah memfasilitasi peserta didiknya dengan menyediakan organisasi dan unit kegiatan yang secara nyata memberikan kita latihan untuk menjadi pemimpin yang sesungguhnya. Organisasi ini dapat berupa Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dan organisasi dalam kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler. Bagian ketiga inilah yang akan menjadi poin penting yang akan dibahas dalam tulisan ini.
Masih belum tertarik bergabung dalam kepengurusan OSIS/Ekskul?
Ada banyak hal dan pengalaman yang hanya bisa kamu dapatkan ketika menjadi pengurus organisasi. Sesuai dengan tema besar yang sedari awal disebut-disebut di tulisan ini, organisasi banyak memberikan pelajaran kepadamu tentang bagaimana menjalani peran sebagai pemimpin. Dan tentu saja, tidak harus dengan kamu menjadi pemimpin/presiden organisasi tersebut. Walaupun tidak dapat dipungkiri, ketika menjadi pemimpin organisasi, pembelajaran dan pengalaman yang kita dapatkan akan jauh lebih banyak dan mendalam, dibanding jika kita hanya menjadi pengurus atau anggota. Berikut adalah aspek-aspek kepemimpinan yang akan kamu pelajari saat kamu tergabung dalam organisasi:
1. Kemampuan Komunikasi
Dengan bergabung dalam organisasi, otomatis kita akan belajar untuk bisa bekerja sama dengan berbagai karakter manusia. Kerja sama ini menuntut kemampuan kita dalam menyampaikan informasi kepada orang lain agar informasi ini tidak hanya dipahami tetapi juga dapat mempengaruhi tingkah laku/tindakan orang yang mendapatkan informasi. Kita juga dituntut untuk lebih banyak bicara di depan umum sehingga mau tidak mau kemampuan kita dalam berkomunikasi dan memilih kata-kata akan semakin terasah.
2. Mengelola Emosi
Lagi-lagi dengan lebih banyak intensitas bertemu, berurusan, kadang berbeda pendapat dan bertikai, dengan berbagai tipe orang dan karakter, maka emosi kita akan lebih banyak tertempa dan terlatih. Dalam organisasi, ketika kita terlalu sering membiarkan emosi menguasai diri kita, maka kita tidak akan optimal dalam menyelesaikan permasalahan ataupun dalam bekerja sama dengan orang lain. Lambat laun kita akan belajar bahwa tidak semua emosi harus diluapkan dan bagaimana cara membuat keputusan dan bertindak tanpa dipengaruhi emosi.
3. Mengatur dan Mempengaruhi Orang Lain
Dalam organisasi atau ketika kita menjadi pemimpin, maka kita akan belajar bagaimana caranya mengatur dan mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama dengan kita dalam rangka mewujudkan hal yang menjadi cita-cita bersama/organisasi. Dengan ini, maka kita pun belajar bagaimana caranya menjaga hubungan baik dan mendapatkan kepercayaan dari orang lain sehingga orang lain bersedia diatur oleh kita.
4. Mendahulukan Kepentingan dan Kesejahteraan Orang Lain
Dalam organisasi, akan ada sebuah visi-misi atau cita-cita organisasi yang harus diperjuangkan bersama. Ketercapaian cita-cita ini menunjukkan berhasil atau tidaknya organisasi ini bekerja. Visi dan misi atau cita-cita ini bukanlah cita-cita yang berkenaan dengan kepentingan pribadi, melainkan berkenaan dengan orang banyak. Hal ini akan juga selalu melatih kita untuk tidak berpikir secara egosentris dan lebih banyak memikirkan kepentingan dan kesejahteraan orang lain.
5. Dasar-dasar Administrasi
Dasar-dasar administrasi berkaitan dengan hal-hal teknis seputar surat menyurat dan kearsipan. Walaupun teknis, menguasai hal-hal seperti ini sedini mungkin membawa dampak yang sangat positef terhadap kita yang suatu saat nanti akan berkecimpung dalam dunia kerja. Dengan bergabung dalam organisasi, kita belajar untuk membuat surat-surat formal, birokrasi, membuat catatan dan notulensi yang baik, merapikan arsip, dan lain sebagainya. Hal ini juga akan memberikan dampak terhadap kemampuan menejemen kita, termasuk menejemen kehidupan kita sendiri, sehingga hidup kita menjadi lebih rapi dan teratur.
Demikianlah aspek-aspek penting yang akan banyak terlatih saat kita tergabung dalam organisasi. Aspek-aspek ini pun akan semakin tertempa lagi saat kita berada dalam posisi pemimpin organisasi itu sendiri. Saat berada dalam posisi pemimpin yang sesungguhnya, orang-orang di sekitar kita akan memiliki pengharapan tersendiri. Harapan-harapan ini dapat berbeda-beda untuk tiap orang dan seorang pemimpin seolah-olah harus dapat mewujudkan seluruh harapan ini. Hal unik yang juga sering terjadi, terutama ketika menjadi pemimpin dalam organisasi sekolah, dikarenakan peran kita yang sesungguhnya adalah seorang siswa yang memiliki sebaya dan rekan di usia yang sama, kita mungkin akan sering mengalami situasi yang dilematis. Dilematis karena sebagian harapan/ekspektasi teman-teman sebaya adalah bahwa kita bisa bertindak sebagai teman sepermainan, tetapi di sisi lain, kita harus bisa bertindak dan bersikap sebagai pemimpin. Namun, dari kenyataan-kenyataan ini, tentu kita semestinya bisa memahami bahwa memang belajar menjadi pemimpin berarti belajar untuk menghadapi kehidupan yang sesungguhnya. Apa yang kita jalani dalam organisasi merupakan simulasi kehidupan profesional yang cepat atau lambat akan kita jalani. Karena itu, jangan ragu-ragu untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan organisasi /kepengurusan organisasi di sekolah. Jika dijalani dengan baik dan senang, Insya Allah kita akan menjadi pemuda yang semakin siap menghadapi tantangan kehidupan. Aamiin…
No comments:
Post a Comment